Jurnal Refleksi Modul 1.1

 Salam dan Bahagia!

    Saya akan memberikan refleksi terhadap pa yang saya pelajari selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Di modul 1.1 ini saya belajar banyak hal yang akan saya deskripsikan menjadi empat bagian utama

Facts (Peristiwa)

    Kegiatan pendidikan guru penggerak angkatan 7 di Kalimantan Selatan dibuka secara virtual pada hari Kamis, 20 Oktober 2022 dihadiri seluruh Calon Guru Penggerak (CGP), Pengajar Praktik (PP), Fasilitator (Fasil) dan Pejabat dari Balai Guru Penggerak (BGP) Kalimantan Selatan. Secara khusus, di Kabupaten Kotabaru, kegiatan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dimulai pada hari Minggu, tanggal 23 Oktober 2022 dengan kegiatan Lokakarya Orientasi. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh stake holder pendidikan mulai dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kotabaru, BGP Kalimantan Selatan, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.

    Setelah itu CGP dibagi dalam beberapa kelompok bersama PP, Kepala Sekolah dari CGP dan Pengawas Sekolah. Para CGP melakukan kegiatan pengenalan, presentasi dan kolaborasi untuk kegiatan awal PGP bersama Kepala Sekolah dan Pengawas.

    Setelah Lokakarya Orientasi, saya dan para CGP lainnya belajar secara asinkronus bersama PP dan Fasil di ruang virtual Learning Management System (LMS). Kami belajar tentang dasar-dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan. Selain itu, kami juga belajar secara sinkronus dengan kolaborasi bersama sesama CGP melalui video conference. Kami mendiskusikan tentang nilai-nilai sosial budaya yang relevan dengan pendidikan di daerah kami. Di setiap akhir materi, selalu diadakan refleksi tentang materi yang dipelajari.

      Selain belajar bersama CGP, PP dan Fasil, saya juga belajar bersama Instruktur dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Barat secara virtual pada hari Rabu, 2 November 2022. Saya belajar tentang kaitan materi mulai dari awal tentang dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara. 

Feeling (Perasaan)

        Perasaan saya mengikuti kegiatan PGP selama dua minggu ini adalah sangat senang dan antusias. Rasa lelah dalam mempelajari materi dan mengerjakan tugas terbayarkan dengan pengalaman baru yang mengasyikkan. Saya bisa belajar dan berkolaborasi dengan CGP hebat yang ada di daerah saya. Saya belajar banyak hal baru tentang dunia pendidikan dari diskusi yang berlangsung selama ini.

      Saya juga merasa bersalah karena banyak hal baru yang menggugah hati saya. Seperti katak dalam tempurung. Selama ini saya merasa cara mengajar saya sudah baik, tetapi ternyata banyak cara-cara pengajaran saya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

Findings (Pembelajaran)

     Melalui PGP saya banyak menemukan landasan pendidikan yang sangat fundamental, humanis, dan kontekstual. Saya banyak belajar bagaimana melayani anak-anak didik dengan baik. Meminjam istilah Ki Hadjar Dewantara adalah "menghamba pada murid". Saya belajar bagaimana memperlakukan anak-anak dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Belajar melibatkan mereka dalam setiap KBM. Anak-anak bukanlah tabula rasa yang bisa dengan semaunya kita dikte sesuai kehendak kita (orang dewasa). Mereka punya kebebasan dalam memilih kebutuhan belajar dan gaya belajar. 

    Saya juga banyak belajar bahwa pendidikan harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Setiap anak, setiap daerah meiliki karakter yang berbeda. Keadaan alam (geografis) dan keadaan sosial budaya masyarakat pun beragam. Hal ini memerlukan pendekatan yang berbeda pula antara daerah satu dengan yang lainnya. Baik konten maupun konteks harus disesuaikan dengan kondisi anak didik berada. Begitu juga dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat, bisa menjadi bagian dari pendidikan anak-anak di sekolah. 

    Hal yang sama juga harus menjadi pertimbangan adalah kodrat zaman. Anak-anak didik kita di zaman ini adalah generasi yang sangat akrab dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Oleh karena itu, keterlibatan TIK dalam dunia pendidikan harus menjadi pertimbangan. Apalagi anak-anak didik ini akan mengahadapi persaingan global tanpa batas yang melibatkan kemampuan penggunaan teknologi.

     Di samping itu, saya juga  belajar bagaimana guru harus menjadi suri tauladan bagi anak-anak didiknya (ing ngarsa sung tuladha), harus bisa menggugah motivasi dan inspirasi anak-anak didiknya (ing madya mangun karsa), harus bisa menjadi motor pendorong anak-anak didiknya agar terus bergerak meningkatkan kompetensi diri (tut wuri handayani).

Future (Penerapan)    

      Setelah mempelajari modul dan melakukan beberapa kegiatan diskusi (kolaborasi) dengan rekan CGP, Pengajar Praktik, dan Fasilitator, saya memiliki gambaran untuk menjadi guru yang baik. Pertama, saya akan selalu berusaha menjadi suri tauladan (role model) bagi anak-anak didik saya. Saya akan berusaha disiplin untuk mengajar agar anak-anak juga bisa disiplin dalam menghargai waktu. Saya akan terus belajar dengan banyak membaca buku sehingga bisa menularkan kebiasaan ini sebagai bagian dari penggerak literasi sekolah. Selain itu saya harus bisa menjaga sikap, ucapan dan perbuatan baik agar bisa menjadi contoh anak-anak didik saya.

       Selain itu, di ruang belajar saya akan melibatkan anak-anak dalam membuat kesepakatan (aturan) bersama mengenai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sehingga saya bisa bersifat demokratis dan menampung aspirasi anak-anak didik saya. Saya akan berusaha menghilangkan hukuman yang tidak logis atas pelanggaran anak-anak didik terhadap kesepakatan belajar yang sudah kami buat bersama. 

      Saya akan berusaha membuat ruang belajar sebagai tempat yang menyenangkan bagi anak-anak didik saya. Hal ini akan saya wujudkan dengan lebih banyak menggunakan model-model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan seperti memasukkan kegiatan permainan (game), mendengarkan lagu, menonton film, dan bermain peran. Serta tak lupa memasukkan sentuhan penggunaan teknologi dalam pembelajaran seperti bermain scrabble online, quis online dan media online lainnya.

       Saya juga akan memasukkan konten pembelajaran dan konteks sosial budaya serta memperhatikan kondisi alam (geografis) peserta didik saya. Seperti halnya memasukkan nilai ajaran masyarakat Banjar "bauntung, baiman, batuah"  ke dalam proses pendidikan. 

        Bauntung artinya beruntung, dalam hal ini bagaimana menjadi orang yang beruntung. Orang yang beruntung adalah orang yang memiliki budi pekerti yang baik (sehat rohani) dan memiliki fisik yang sehat (sehat jasmani) dengan pemberdayaan  olah rasa  dan olah raga. Olah rasa bisa dilakukan dengan pembiasaan baik kepada anak didik seperti kegiatan sedekah untuk membantu teman mereka yang kurang beruntung sehingga menimbulkan rasa empati kepada sesama. Olah raga dilakukan dengan kegiatan senam pagi bersama dan giat kerja bakti.

        Baiman artinya beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan untuk mengimplementasikan hal ini adalah pembiasaan sholat berjamaah bagi yang beragama Islam (khususnya sholat Dzuhur berjamaah) dan pembiasaan membaca kitab suci agama masing-masing di awal memulai KMB sebelum pelajaran pertama dimulai. 

    Batuah artinya bertuah atau memiliki manfaat yang luar biasa bagi orang lain. Orang yang bermanfaat bagi orang lain tentunya adalah orang yang berilmu. Dengan ilmu, apa yang ada pada diri seseorang akan bernilai manfaat bagi orang sekitarnya. Untuk mencapai tujuan ini maka akan saya lakukan elaborasi pengetahuan anak didik saya, khususnya dalam pelajaran Bahasa Inggris, akan dilaksanakan "English Club" sebagai ekstrakurikuler yang bisa menambah wawasan dan ketrampilan anak didik saya di bidang Bahasa Inggris.

 

0 comments:

Post a Comment