Pada Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 tentang Budaya Positif kali ini saya akan merefleksikan kembali apa yang telah saya pahami selama saya mempelajari modul 1.4. Dalam hal ini saya akan menggunakan metode 4F yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenway yang mencakup 4 F yaitu Facts (Peristiwa), Feelings (Perasaan), Finding (Pembelajaran) dan Future (Penerapan).
Fact
(Peristiwa)
Dalam modul 1.4
tentang Budaya Positif ini banyak hal yang saya pelajari yang dimulai dari diri
dengan mempelajari sub modul dengan tujuan pembelajaran khusus yaitu; Mengaktifkan
pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep pendidikan
Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di
sekolah. Mengamati bagaimana sistem rancangan di sekolah masing-masing dapat
menciptakan lingkungan positif serta mendukung murid menjadi pribadi yang
bahagia, mandiri, dan bertanggung jawab, sesuai dengan filosofi Ki Hadjar
Dewantara. Kemudian dilanjutkan materi ke sub modul Eksplorasi Konsep yang
mencakup beberapa bagian yaitu : Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan
universal; Teori motivasi, hukuman dan penghargaan, serta restitusi ; Keyakinan
Kelas ; Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas ; Restitusi - Lima Posisi
Kontrol ; Restitusi - Segitiga Restitusi
Feeling
(Perasaan)
Selama
mempelajari modul ini saya banyak menemukan pemahaman baru tentang budaya
positif yang berbanding terbalik dengan apa yang saya yakini selama ini. Sebelumnya
saya berkeyakinan bahwa penerapan displin itu harus dengan hukuman.
Disiplin itu harus dipaksakan sampai anak terbiasa dan sadar dengan sendirinya.
Ketika murid melanggar peraturan mereka harus menerima konsekuensi sesuai
dengan apa yang mereka perbuat agar menimbulkan efek jera dan pembelajaran bagi
yang bersangkutan dan murid lain yang mengetahuinya. Saya beranggapan disiplin
akan berhasil apabila mereka mentaati aturan tanpa terkecuali, dan tanpa
memikirkan efek psikologis jangka panjang yang diterima oleh murid tersebut. Selain
terbukanya pemahaman saya tentang penerapan budaya positif , saya juga merasa
menyesal jika mengingat ketika saya memposisikan diri saya dalam posisi kontrol
sebagai seorang penghukum. Karena bisa saja ada murid yang kecewa atau bahkan
sakit hati setelah menerima hukuman dari saya.
Finding
(Pembelajaran )
Pembelajaran
yang saya dapatkan setelah mempelajari modul ini adalah bahwa hukuman atau
penghargaan tidak efektif untuk membuat lahirnya motivasi intrinsik murid dalam
jangka panjang. Murid akan bertindak karena ingin mendapat hadiah (pujian) atau
menghindari hukuman saja. Selain itu, sebagai calon guru penggerak, saya harus
mampu menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam penerapan budaya
positif di sekolah yaitu posisi kontrol yang ideal sebagai Manajer dengan
menerapkan Segitiga Restitusi sebagai solusi ketika ada murid yang melanggar
keyakinan kelas/sekolah. Segitiga Restitusi menjadi sebuah paradigma solusi
permasalahan di sekolah karena dengan segitiga restitusi kita bisa melihat
kebutuhan dasar murid yang mana yang tidak terpenuhi sehingga tidak sesuai
dengan keyakinan kelas/sekolah. Di samping itu juga, segitiga restitusi
menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat
(Gossen; 2004).
Future
(Perubahan)
Hal yang akan
saya lakukan untuk melakukan perubahan yang positif adalah dengan lebih
memperhatikan kebutuhan peserta didik karena pelanggaran terhadap keyakinan
kelas/sekolah terjadi karena murid tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dengan baik. Selanjutnya berusaha menerapkan perubahan paradigma stimulus
respon menjadi teori kontrol. Dalam hal ini menggunakan posisi kontrol ideal
sebagai manager dalam menangani kasus siswa. Meninggalkan posisi Penghukum
atau Pembuat Merasa Bersalah. Selain itu, menerapkan dan menularkan
paradigma segitiga restitusi kepada warga sekolah dan selalu menganalisis
secara reflektif dan kritis penerapan budaya positif di sekolah dengan
berkolaborasi dengan warga sekolah dan berbagai pemangku kepentingan,
walaupun merubah budaya sekolah menjadi budaya positif perlu waktu dan peran
serta semua pihak yang berkepentingan.
0 comments:
Post a Comment