Peristiwa
Dalam implementasi Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) di SMAN 1
Kotabaru, saya melihat beberapa peristiwa yang terjadi saat proses
pelaksanaannya. Pertama, dalam upaya menumbuhkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE)
pada murid saya menerapkan kegiatan mindfulness dengan teknik STOP yang
merupakan akronim dari Stop (berhenti), Take
a deep breath (tarik nafas panjang), Observe (amati), Proceed
(lanjutkan). Hal ini saya terapkan
utamanya di kelas secara terintegrasi bertepatan dengan jadwal pelajaran di jam-jam
siang.
Ketika melakukan aktivitas kesadaran penuh dengan teknik STOP, murid
terlihat antusias meskipun untuk kegiatan yang pertama kali mereka lakukan
tersebut ada murid yang masih belum serius. Setelah aktivitas selesai
dilakukan, wajah mereka terlihat berseri dan perhatian mereka lebih fokus pada
orang yang sedang berbicara. Di pertemuan berikutnya, murid yang sudah
mengalami proses kesadaran penuh teknik STOP sudah bisa melakukan aktivitas
tersebut dengan jauh lebih baik. Mereka terlihat lebih siap dan mudah mengikuti
instruksi yang saya berikan.
Dalam pembelajaran di kelas Bahasa Inggris, saya mengintegrasikan
PSE sebagai bagian dari usaha sadar pembelajaran terhadap murid. Kegiatan
berkelompok sebagai strategi penumbuhan KSE sering saya lakukan. Hal tersebut karena
di dalam kegiatan belajar berkelompok, murid dapat pengalaman otentik
menumbuhkan kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan
berelasi, dan kemampuan membuat keputusan bertanggung jawab. Meskipun dalam
proses awal banyak terjadi hal-hal di luar harapan saya seperti halnya murid
yang masih belum serius melakukan pembagian tugas dalam kelompoknya. Ada
beberapa siswa yang berupaya membebankan tanggung jawab kepada temannya dengan
cara menunjuk temannya yang perlu scaffolding dalam pelajaran Bahasa
Inggris yang saya ampu. Setelah proses evaluasi dan refleksi terhadap kegiatan
PSE, murid pun mulai bisa menyadari bahwa mereka sedang belajar untuk menguasai
KSE sebagai bagian kecakapan hidup yang sangat dibutuhkan.
Kedua, dalam mendiseminasikan PSE kepada rekan sejawat, mereka
melihat hal ini sebagai sebuah pembelajaran baru karena sebelumnya mereka tidak
mengenal adanya PSE secara sadar dan terencana baik dilakukan secara terintegrasi
dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Penumbuhan
KSE kepada murid terkadang belum terlihat dalam proses pembelajaran secara
eksplisit karena mungkin hal tersebut merupakan kegiatan yang baru bagi mereka.
Perasaan
Menerapkan PSE dalam kelas
Bahasa Inggris yang saya ampu terasa sangat menantang dan menarik. Saya
memahami betul bahwa KSE adalah kompetensi yang mutlak ditumbuhkan lewat proses
pembelajaran untuk membentuk murid yang berakhlak, yang memiliki Profil Pelajar
Pancasila. Oleh karena itu, secara sadar dan terencana, saya terus mengasah
ketrampilan melaksanakan PSE di kelas.
Di samping itu, saya merasa
tertantang untuk menyampaikan pengetahuan baru ini kepada rekan sejawat saya. Kolaborasi
adalah kunci untuk memberikan dampak yang lebih luas di lingkungan sekolah. Meskipun
hanya beberapa rekan sejawat yang ikut peduli dan sadar akan pentingnya
penerapan PSE menjadi hal yang membahagiakan bagi saya. Karena sebagai sebuah titik
awal pelaksanaan PSE, adanya pihak lain yang terlibat dan mendukung adalah
sebuah aset yang sangat berharga. Dengan tercapainya KSE maka pada muaranya
nanti diharapkan tercipta kesejahteraan psikologis (weel-being) di
lingkungan sekolah.
Pembelajaran
Dari penumbuhan KSE di kelas Bahasa
Inggris di kelas XI IPS, terlihat ada perubahan sikap belajar murid meskipun
tidak terlalu drastis karena saya menyadari semua perubahan memerlukan proses
yang terkadang memakan waktu. Di awal penerapan mungkin terjadi ha-hal di luar
harapan, tapi seiring waktu kendala yang muncul di awal pelaksanaan bisa
teratasi.
Pertama, teknik kesadaran penuh (mindfulness) dengan metode
STOP yang telah saya terapkan dalam beberapa kali pertemuan telah memberikan
perubahan konsentrasi belajar dan inisiatif murid. Sikap bosan di jam-jam siang
mulai terlihat berkurang hal ini ditandai hampir tidak ada lagi murid yang
posisi kepalanya terletak di atas meja.
Ke dua, PSE dengan strategi diskusi
kelompok cukup banyak memberi ruang penumbuhan KSE bagi murid. Di saat kegiatan
diskusi kelompok terlihat mulai banyak yang terlibat. Hal ini ditandai dengan
kesigapan murid membuka kamus apabila menemukan kata-kata sulit dalam konten
materi yang dipelajari. Dengan kesadaran saya sebagai guru yang sedang
mengajarkan KSE, saya bisa memberikan pendampingan lebih intensif kepada murid
yang terlihat pasif sehingga manajemen kelas bisa terkontrol dengan baik.
Dari umpan balik yang diberikan murid menyatakan bahwa teknik kesadaran penuh adalah hal baru yang menantang dan seru untuk dilakukan terutama di jam pelajaran siang hari. Selain itu, dengan adanya kerja kelompok mereka merasa beban belajar lebih ringan karena bisa saling membantu dan bertukar pengetahuan. Di sisi lain, rekan sejawat yang menerapkan PSE ini merasa mendapatkan ilmu baru dalam menyajikan pembelajaran karena selama ini sebenarnya mereka juga melakukannya tapi tanpa menyadari dan terencana dengan baik.
Penerapan
Praktik baik pembelajaran sosial emosional ini tentunya memerlukan
strategi, waktu, dan dukungan dari pihak lain agar mampu mencapai kesejahteraan
psikologis (well-being) ekosistem sekolah. Tentu dalam praktik
pelaksanaan PSE perlu ketrampilan dan kesabaran. Oleh karena itu, saya akan
lebih banyak melakukan kegiatan ini secara sadar dan terencana agar ketrampilan
saya menumbuhkan KSE murid lebih terasah.
Di samping itu, saya akan berusaha melibatkan lebih banyak lagi
rekan sejawat untuk melakukan PSE di kelasnya. Keterlibatan kepala sekolah
sebagai pemimpin di sekolah tentunya akan lebih dikuatkan lagi agar lebih
banyak rekan guru yang terlibat dan menerapkan PSE. Dengan adanya arah
kebijakan yang berpihak murid tentunya PSE akan memberikan dampak yang
signifikan dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis warga sekolah, khususnya
murid.
0 comments:
Post a Comment