Tuesday, May 2, 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

 

Dalam dunia pendidikan, di lingkungan sekolah, guru sering dihadapkan pada situasi dilema etika maupun bujukan moral, dan guru dituntut harus mampu mengambil keputusan terbaik berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, norma, dan aturan yang berlaku yang diyakini dalam lingkungan tersebut. Guru harus tahu bagaimana cara mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran. Pemahaman mendalam tentang pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan itu harus menerapkan prinsip atau landasan untuk mengambil keputusan yang tepat sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif, aman, dan nyaman.

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara (KHD) dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pratap Triloka dari Ki Hadjar Dewantara menyatakan sistem among dalam pendidikan, yaitu ing ngarsa sung tuladha artinya seorang guru harus mampu menjadi teladan bagi muridnya. Ing madya mangun karsa, artinya guru harus bisa menjadi pemantik semangat dan menumbuhkan motivasi intrinsik muridnya. Tut wuri handayani, yaitu guru selalu memberikan dorongan dan dukungan bagi muridnya untuk bisa berkembang sesuai kekuatan kodratnya.

Dalam menjalankan peran seorang guru, terkadang guru menghadapi situasi yang melibatkan dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika adalah situasi di mana seseorang harus memilih di antara dua pilihan. Ketika kedua keputusan tersebut secara moral bernilai benar tetapi bertentangan satu dengan lainnya. Sedangkan bujukan moral adalah situasi di mana guru harus membuat keputusan yang bernilai benar atau salah.

Dalam pandangan saya, dampak dari pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui filosofi Pratap Triloka sangat besar mempengaruhi guru dalam proses membuat keputusan. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru sebagai pemimpin pembelajaran, guru sepatutnya menyadari dan menguasai prinsip dan konsep pengambilan keputusan yang dilandasi oleh filosofi pemikiran KHD dalam pratap triloka. Oleh karena itu, guru dalam hal ini harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka KHD yaitu menjadi panutan yang positif, motivator dan sekaligus pemberi dukungan moral bagi murid melalui keputusan yang dibuat dalam menumbuhkan karakter Profil Pelajar Pancasila. Dalam situasi sulit untuk membuat keputusan, guru harus selalu mengacu pada sembilan fase pengujian dan pengambilan keputusan, reflektif, kritis dan kreatif.

Guru harus menyadari dengan sepenuh hati dan pikiran bahwa setiap keputusan yang dibuat akan memberikan konsekuensi dan pengaruh terhadap masa depan muridnya. Apalagi sebagai role model di lingkungan sekolah, maka setiap keputusan yang dibuat guru akan menjadi contoh bagi muridnya dalam mengambil keputusan nantinya. Hal ini tentu menyadarkan guru untuk membuat keputusan berada dalam koridor filosofi pratap triloka KHD yang bisa dijadikan contoh baik, keputusan yang memicu semangat murid, dan mendorong murid agar menjadi manusia merdeka sesuai visi dan tujuan pendidikan.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sikap perbuatan, perkataan, dan pemikiran seseorang pasti dilandasi nilai-nilai yang diyakini dalam diri dan lingkungannya. Sehingga nilai-nilai tersebut menjadi penggerak yang mengontrol baik secara langsung maupun tak langsung. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri akan menentukan cara pandang seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapinya dan menjadi landasan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan, ada tiga prinsip yang dapat dimbil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri. Misalnya, seorang guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari saat ini ternyata memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan ‘coaching’ yang pernah dipelajari dan dilakukan pada modul sebelumnya. Jika pada proses coaching kita membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini kita kembali melakukan refleksi apakah keputusan yang dibuat tersebut dapat dipertanggungjawabkan, menjadi solusi terbaik bagi pembuat keputusan dan pihak lain yang terlibat atau justru akan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.

Dengan prinsip coaching dalam pengujian pengambilan keputusan, kita bisa melakukan refleksi untuk mengetahui tujuan sebenarnya dari keputusan yang ingin kita buat, tentunya harus berpusat pada kepentingan dan kebutuhan murid. Setelah itu kita bisa menentukan ukuran pencapaian keberhasilan dari keputusan yang kita buat dengan menentukan indikator atau parameter yang ingin kita capai. Selanjutnya, dalam pengambilan keputusan kita menggali aset (kekuatan), mengantisipasi tantangan yang muncul, mengumpulkan fakta-fakta untuk mencari solusi terbaik bagi keputusan yang akan diambil.

Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini, saya diberikan panduan berupa 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang. Adapun 4 paradigma Dilema Etika tersebut adalah: (1) Individu lawan kelompok. (2) Rasa Keadilan lawan Rasa Kasihan. (3) Kebenaran lawan Kesetiaan. (4) Jangka Pendek lawan Jangka Panjang. Sedangkan Prinsip Keputusan Dilema Etika antara lain; (1) Berpikir Berbasis Hasil Akhir, (2) Berpikir Berbasis Peraturan, (3) Berpikir Berbasis Rasa Peduli.

 

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai seorang pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Nilai-nilai kebajikan atau norma-norma yang diyakini oleh pendidik tentu akan menjadi landasan berpikir dan membuat keputusan. Ukuran baik atau buruk, benar atau salah akan sangat ditentukan oleh nilai yang dianut pendidik tersebut. Misalnya saja, seorang pendidik yang memiliki nilai religiusitas yang kuat maka setiap tindakan dan ucapannya akan mencerminkan nilai yang diyakininya. Segala sesuatu didasarkan pada nilai agama yang dianutnya karena ada keyakinan bahwa setiap keputusan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang biasa terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh sebagian guru. Hal ini akan memberikan rambu-rambu dan pedoman agar guru-guru tidak terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan perilaku yang salah.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki konsekuensi. Hal yang terpenting adalah bagaimana proses pembuatan keputusan itu berjalan dengan baik. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip, paradigma, serta konsep pengambilan keputusan yang baik tentu akan menghasilkan keputusan yang terbaik dan diterima banyak pihak. Semua keputusan harus bersandar pada nilai-nilai kebajikan universal yang diterima semua pihak.

Keputusan yang dihasilkan dengan proses yang baik tentu akan diterima dengan baik pula. Dengan penerimaan yang baik dan berdasar pada nilai-nilai kebaikan akan membuat semua pihak bisa menerima dan bertanggung jawab terhadap hasil keputusan itu. Hal ini akan menimbulkan kesepahaman antara semua pihak yang terikat oleh hasil keputusan itu sehingga suasana lingkungan akan menjadi kondusif, aman dan nyaman. Tidak akan ada pihak yang merasa dirugikan dan dikecewakan karena keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik dari hasil proses yang baik.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Keputusan yang menyangkut banyak kepentingan dan banyak pihak yang terlibat tentu tidak bisa serta merta bisa diterima. Akan ada proses untuk memahami dan menerima hasil keputusan itu. Sepanjang keputusan itu bersumber pada nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini oleh semua pihak, maka hasil keputusan itu pasti bisa diterima dengan baik.

Lingkungan sekolah tentu memiliki nilai-nilai yang dianut. Paradigma berpikir dalam dilema etika atau moral tentunya telah diketahui bersama. Hal yang utama yang menjadi tantangan adalah bagaimana menjaga komitmen bersama dan tetap konsisten untuk membuat dan melaksanakan keputusan terbaik yang berdasar pada nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini bersama. Adanya kepemimpinan yang baik juga menjadi kunci keberhasilan untuk mengatasi tantangan yang muncul.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran yang diberikan kepada murid. Keputusan yang baik tentu dilakukan dengan proses yang baik dan berpusat pada kebutuhan murid sebagai subyek utama pendidikan di sekolah. Dengan berfokus pada keberpihakan terhadap murid tentunya kemerdekaan dalam belajar akan dirasakan oleh murid.

Keputusan yang memihak pada murid berdasarkan nilai-nilai kebajikan akan melahirkan sistem dan lingkungan yang kondusif, nyaman dan aman untuk belajar. Dalam kondisi seperti ini, pengajaran yang dilakukan tentunya akan berjalan dengan baik untuk menuntun kekuatan kodrat murid dalam mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya baik sebagai manusia (individu) maupun anggota masyarakat.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan guru secara tepat dan bijak tentu akan mempengaruhi masa depan murid-murid. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, bisa diandalkan, dan mampu menggali potensi dan kekuatan mereka. Guru adalah role model atau pamong sejalan dengan filosofi KHD ing ngarsa sung tuladha. Setiap hal yang dilakukan dan dikatakan akan menjadi panutan bagi muridnya. Sehingga prilaku guru sangat berdampak pada perkembangan muridnya.

Selain itu, keputusan baik yang didasarkan pada kepentingan murid akan memberikan ruang belajar yang baik bagi murid untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya. Dengan dukungan yang baik dan tepat maka murid akan mampu memunculkan motivasi intrinsiknya untuk terus belajar dan menggali potensi diri. Murid mampu mengenali diri dan membuat tujuan di masa depannya dengan baik. Sebaliknya, apabila keputusan guru sebagai pemimpin pembelajaran tidak berpihak pada murid maka semua potensi kodrat murid tidak akan berkembang dengan maksimal. Hal ini justru akan membuat murid kehilangan motivasi untuk berkembang.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kaitan modul ini dengan modul 1.1 tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional KHD adalah setiap keputusan harus mampu mencerminkan sikap guru sesuai filosofi Pratap Triloka. Keputusan yang dibuat harus bisa memberikan teladan bagi murid untuk bersikap (ing ngarsa sung tuadha). Keputusan yang diambil juga harus bisa menimbulkan motivasi intrinsik bagi murid untuk berkembang sesuai kodratnya (ing madya mangun karsa). Keputusan yang dibuat juga harus bisa memberikan dorongan bagi murid untuk terus berkembang menuju masa depannya yang gemilang (tut wuri handayani).

Kaitan modul ini dengan modul 1.2  tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak adalah setiap proses dan hasil keputusan harus mencerminkan guru sebagai pemimpin pembelajaran. Terlihat jelas bahwa setiap keputusan harus berpihak pada murid. Keputusan yang didasarkan pada kebutuhan murid akan berdampak pada masa depan murid. Hal ini sejalan dengan modul 1.3 bahwa guru harus memiliki visi. Visi tersebut harus tercermin pada keputusan yang diambil harus mampu mengakomodir kepentingan murid di masa depan. Dengan proses pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dalam modul ini harus mampu menjadi Budaya Positif di lingkungan sekolah seperti terdapat dalam modul 1.4. Paradigma pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan akan tumbuh menjadi Budaya Positif sekolah. Hal ini ditandai dengan dasar sikap, perbuatan, dan proses pengambilan keputusan yang selalu didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang diyakini dalam lingkungan sekolah.

Keputusan yang terbaik adalah keputusan yang selalu berpihak kepada kepentingan dan kebutuhan murid. Sejalan dengan modul 2.1 tentang Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid maka dalam modul ini saya belajar bagaimana setiap keputusan yang akan dibuat harus didasarkan pada kebutuhan murid. Sebagai pemimpin pembelajaran tentu fokus utama adalah murid. Keputusan yang saya buat harus bisa memberdayakan potensi diri agar dihasilkan keputusan yang baik. Keputusan yang saya ambil harus selalu dilakukan refleksi agar bisa menjadi pembelajaran di masa mendatang. Hal ini bisa saya lakukan sesuai modul 2.3 tentang Coaching. Teknik coaching akan mampu menghasilkan keputusan yang memberdayakan segala potensi yang ada. Coaching dalam pengambilan keputusan akan menjadi proses refleksi yang konstruktif bagi kepentingan pendidikan.

Kesimpulan yang saya dapat diambil dari modul ini adalah bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan murid.


0 comments:

Post a Comment